Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Rabu (12/4/2023), di tengah kabar kurang menggembirakan di mana Dana Moneter Internasional memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2023.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,28% ke posisi 6.791,96. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.700.
Beberapa saham menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bayan Resources | BYAN | -13,57 | 20.825 | -3,14% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -10,02 | 94 | -5,05% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | -5,03 | 2.710 | -3,56% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | -2,78 | 35.375 | -6,97% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | -2,77 | 2.970 | -2,62% |
Kalbe Farma | KLBF | -2,06 | 2.030 | -1,93% |
Sumber: Refinitiv
Saham emiten raksasa batu bara yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) terpantau menjadi pemberat terbesar indeks pada sesi I hari ini, yakni mencapai 13,57 indeks poin.
Selain saham BYAN, ada dua saham raksasa batu bara lainnya yakni PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), di mana keduanya memberatkan indeks masing-masing 2,78 indeks poin dan 2,77 indeks poin.
Bahkan mirisnya, saham ITMG sudah menyentuh auto reject bawah (ARB) pada hari ini, meski periode cum date dan ex date dividen tunai ITMG di pasar reguler dan negosiasi telah berlangsung.
Investor cenderung masih wait and see jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada malam nanti waktu Indonesia. Diperkirakan, inflasi di AS pada bulan lalu kembali melandai.
Sebelumnya pada Februari lalu, indeks harga konsumen (CPI) meningkat 0,4%, menempatkan tingkat inflasi tahunan sebesar 6%. CPI inti juga naik 0,5% pada Februari dan 5,5% dalam basis 12 bulan.
Data ini menjadi indikator utama bagaimana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengambil langkah ke depannya.
Selain itu, investor cenderung khawatir setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2023.
IMF memangkas outlook pertumbuhan ekonomi global 2023 seiring kenaikan suku bunga yang 'mendinginkan' aktivitas ekonomi. IMF juga memperingatkan gejolak sistem keuangan yang parah dapat memangkas produksi ke tingkat yang mendekati resesi.
IMF memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil global sebesar 2,8% untuk 2023 dan 3,0% untuk 2024, yang turun tajam dari pertumbuhan 3,4% pada 2022 di tengah kebijakan moneter yang lebih ketat saat ini.
Dengan peningkatan volatilitas pasar keuangan baru-baru ini, IMF menyebut bahwa risiko terhadap pertumbuhan ekonomi terus menghantui, merujuk pada krisis sistem perbankan, Silicon Valley Bank (SVB) di AS dan 'kawin paksa' Credit Suisse dan rival UBS Group di Swiss, pada Maret lalu.
"Hard landing", terutama untuk ekonomi maju, telah menjadi risiko yang jauh lebih besar. IMF menjelaskan bahwa pembuat kebijakan mungkin menghadapi trade-off yang sulit untuk menurunkan inflasi dan mempertahankan pertumbuhan sambil menjaga stabilitas keuangan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
IHSG Jeblok, 6 Saham Big Cap Ini Jadi Biang Keroknya
(chd/chd)
https://news.google.com/rss/articles/CBMib2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDQxMjEyMjYwMC0xNy00MjkyNTMvaWhzZy1sb3lvLWdvdG8tZGFuLTMtcmFrc2FzYS1iYXR1LWJhcmEtamFkaS1iZWJhbtIBc2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDQxMjEyMjYwMC0xNy00MjkyNTMvaWhzZy1sb3lvLWdvdG8tZGFuLTMtcmFrc2FzYS1iYXR1LWJhcmEtamFkaS1iZWJhbi9hbXA?oc=5
2023-04-12 05:41:38Z
1941232617
Bagikan Berita Ini
0 Response to "IHSG Loyo, GOTO dan 3 Raksasa Batu Bara Jadi Beban - CNBC Indonesia"
Post a Comment