- IHSG dan rupiah kompak melemah pada perdagangan kemarin di tengah ketakutan investor akan ekonomi AS
- Investor mulai beralih ke saham defensif menyebabkan Nasdaq tumbang akibat keadaan ekonomi yang tak kunjung stabil
- Musim bagi dividen jumbo emiten batu bara dimulai dari ITMG yang membagikan dividen final Rp 6.416/saham dengan pertumbuhan laba hingga 156% pada 2022.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak melemah pada perdagangan kemarin, di mana pasar saham tumbang dan nilai tukar rupiah keok setelah menguat selama enam hari beruntun.
Pasar keuangan Tanah Air diharapkan membaik pada hari ini ditopang oleh sejumlah sentimen positif. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca di halaman 3.
Mengacu data Refinitiv, pada perdagangan Rabu (5/4/2023) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,20% menjadi 6.819,67 secara harian.
Adapun sebanyak 286 saham melemah, 239 saham menguat sementara 189 saham lainnya tidak bergerak.
Perdagangan menunjukkan nilai transaksi mencapai sekitar Rp10,23 triliun dengan melibatkan 18,54 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv hanya setengah dari total sektor melemah dengan sektor industri memimpin pelemahan 1,15%.
Di regional Asia-Pasifik, pelemahan IHSG bersamaan dengan Indeks Nikkei 225 Jepang yang ditutup ambles 1,68% ke posisi 27.813,3.
Sedangkan untuk indeks ASX 200 Australia ditutup naik tipis 0,02% ke 7.237,2, Straits Times Singapura menguat 0,23% ke 3.318,87, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,59% menjadi 2.495,21.
Bursa Asia-Pasifik ditutup bervariasi, di mana beberapa investor menilai lonjakan harga minyak akan mengganggu pertumbuhan ekonomi global, terutama di kawasan Asia-Pasifik.
Pekan ini, pasar energi menjadi potensi sumber ketidakpastian lainnya, setelah OPEC+ mengumumkan akan memangkas produksi sebesar 1,16 juta barel minyak per hari. Alhasil, kabar ini dapat kembali melambungkan harga minyak mentah dunia.
Goldman Sachs menurunkan perkiraan produksi OPEC+ pada akhir tahun 2023 sebesar 1,1 juta bpd dan menaikkan perkiraan harga Brent untuk tahun 2023 sebesar US$ 5 menjadi US$ 95 per barel dan sebesar US$ 3 menjadi US$ 100 per barel untuk tahun 2024.
Harga minyak yang menguat dapat menguntungkan emiten produsen minyak. Namun secara keseluruhan dapat memberikan efek negatif yakni kenaikan inflasi.
Inflasi yang menguat akan tetap membuat bank sentral hawkish pada kebijakan suku bunganya dan akan berdampak negatif terhadap ekonomi.
Di sisi lain, rupiah akhirnya keok juga terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah menguat selama enam hari.
Dari data Refinitiv, rupiah melemah 0,17% pada perdagangan hari ini ke posisi Rp 14.920/US$.
Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan ini sifatnya hanya koreksi sesaat. Pasalnya kondisi sentimen baik di dalam dan luar negeri tidak ada perubahan dari sebelumnya.
Menurut tim Riset CNBC Indonesia, rupiah langsung melemah pada perdagangan hari ini di tengah banyaknya sentimen positif. Salah satunya adalah melemahnya indeks dolar, derasnya capital inflow,serta ekspektasi melunaknya kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Indeks dolar melandai ke posisi 101,51 pada hari ini, Rabu (5/4/2023). Posisi ini adalah yang terendah sejak 2 Februari 2023 atau sebulan terakhir.
Kemudian, sentimen pendukung lainnya juga datang dari Amerika Serikat (AS). Laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta. Jumlah tersebut anjlok 632.000 dibandingkan Januari 2023.
https://news.google.com/rss/articles/CBMid2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDQwNjA0MzY0MS0xNy00Mjc3MTAvcGFzYXItcmktYmlzYS1zZW55dW0tbmloLW11c2ltLWJhZ2ktZGl2aWRlbi1qdW1iby1kaW11bGFp0gF7aHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbWFya2V0LzIwMjMwNDA2MDQzNjQxLTE3LTQyNzcxMC9wYXNhci1yaS1iaXNhLXNlbnl1bS1uaWgtbXVzaW0tYmFnaS1kaXZpZGVuLWp1bWJvLWRpbXVsYWkvYW1w?oc=5
2023-04-05 23:00:00Z
1911734474
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pasar RI Bisa Senyum Nih, Musim Bagi Dividen Jumbo Dimulai! - CNBC Indonesia"
Post a Comment