Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) bergerak liar di awal perdagangan Senin (10/3/2023). Melansir data Refintiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,2% ke Rp 14.880/US$, tetapi tidak lama berbalik melemah 0,17% ke Rp 14.935/US$.
Rupiah sebelumnya mencatat kinerja impresif dengan menguat empat pekan beruntun, dengan total 1,5%. Bahkan, rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia dan nomer enam di dunia.
Rupiah mulai menguat setelah Silicon Valley Bank (SVB) kolaps di Amerika Serikat, hal ini membuat bank sentral AS (The Fed) diprediksi tidak agresif lagi dalam menaikkan suku bunga. Bahkan banyak yang memprediksi suku bunga tidak akan dinaikkan lagi hingga dipangkas akhir tahun ini.
Tetapi, melihat data-data terbaru dari Negeri Paman Sam, pasar kembali meragukan hal tersebut.
Data yang dirilis Jumat pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja masih kuat. Sepanjang Maret perekonomian AS dilaporkan mampu menyerap 236.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls), sejalan dengan ekspektasi analis.
Kemudian, tingkat pengangguran turun menjadi 3,5% dari sebelumnya 3,6%. Rata-rata upah per jam naik 4,2% year-on-year, tetapi menjadi yang terendah sejak Juni 2021.
Data tenaga kerja merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, selain juga data inflasi yang masih sulit turun.
Di sisi lain, tanda-tanda perekonomian AS merosot semakin terlihat. Institute for Supply Management (ISM) pada pekan lalu melaporkan kontraksi sektor manufaktur semakin dalam pada Maret.Purchasing Managers' Index(PMI) dilaporkan sebesar 46,3, sudah mengalami kontraksi (di bawah 50) selama 5 bulan beruntun dan berada di level terendah sejak Mei 2020.
Hal ini menyebabkan pelaku pasar bingung terhadap kondisi ekonomi AS yang sebenarnya.
Sementara dari dalam negeri pasar menanti data cadangan devisa Maret yang dirilis hari ini.
Data ini bisa memberikan gambaran seberapa besar kebijakan operasi moneter Term Deposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE) yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) sejak 1 Maret lalu.
Jika cadangan devisa menunjukkan kenaikan yang signifikan, artinya ada kemungkinan kebijakan BI tersebut sukses menarik valas eksportir yang ditempatkan di luar ini. Hal ini bisa menjaga stabilitas rupiah ke depannya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Video: Masih Terpuruk, Rupiah Bisa Tembus Rp 16.000/USD?
(pap/pap)
https://news.google.com/rss/articles/CBMia2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDQxMDA5MDgxMi0xNy00Mjg0OTIvdGVtYnVzLWtlLWJhd2FoLXJwLTE0OTAwLXVzLS1ydXBpYWgtamFkaS1saWFy0gFvaHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbWFya2V0LzIwMjMwNDEwMDkwODEyLTE3LTQyODQ5Mi90ZW1idXMta2UtYmF3YWgtcnAtMTQ5MDAtdXMtLXJ1cGlhaC1qYWRpLWxpYXIvYW1w?oc=5
2023-04-10 02:13:03Z
1911734546
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tembus ke Bawah Rp 14.900/US$, Rupiah Jadi Liar! - CNBC Indonesia"
Post a Comment