Jakarta, CNBC Indonesia - FinCEN Files membuat heboh. Pasalnya sejumlah bank disebut melakukan transaksi dengan penjahat dan teroris.
FinCEN sendiri merupakan akronim dari Jaringan Investigasi Kejahatan Keuangan AS. Mereka berisi orang-orang di Departemen Keuangan Paman Sam yang bertugas untuk memerangi kejahatan keuangan.
Biasanya, setiap ada masalah transaksi ditemukan, yang dilakukan dalam dolar AS, akan dikirim ke FinCEN. Ini pun mencakup transaksi dengan dolar yang terjadi di luar negara itu.
Dokumen ini pertama kali bocor ke Buzzfeed News. Ini kemudian dibagikan dengan grup yang berisi jurnalis investigasi dari seluruh dunia, ke 108 organisasi berita di 88 negara.
Dokumen itu berisi 2.500 lembar halaman. Sebagian besar adalah file yang dikirim bank-bank ke otoritas Amerika Serikat (AS) antara tahun 2000 sampai 2017.
Di dalamnya terdapat skandal penggelapan dana hingga pengemplangan pajak dari lembaga keuangan besar dunia. Nilanya mencapai US$ 2 triliun atau sekitar RP 28.000 triliun.
Sejumlah bank disebut. Antara lain HSBC, Standard Chartered Bank, Deutsche Bank, JPMorgan dan Bank of New York Mellon, Standard Chartered, Deutsche Bank dan Barclays Bank.
Dikutip dari website www.icij.org, bank-bank mengambil untung dari pemain yang kuat dan berbahaya. "Bahkan setelah otoritas di AS mendenda lembaga keuangan tersebut karena kegagalan yang dilakukan sebelumnya dalam membendung dana kotor," tulis laporan itu.
JPMorgan misalnya, bank terbesar di AS itu disebut memindahkan uang untuk orang dan perusahaan terkait penjarahan besar-besaran dana publik di Malaysia dan Venezuela serta Ukraina.
Bank disebut memindahkan US$ 1 miliar dalam skandal 1MDB Malaysia. Lalu, US$ 2 juta untuk perusahaan penipu pemerintah Venezuela.
Bank juga disebut terlibat dalam transaksi dana Paul Manfort yang merupakan mantan manajer kampanye Presiden Donald Trump yang terkait pencucian uang partai pro Rusia di Ukraina. JPMorgan dan Bank of New York Mellon juga disebut menjadi bank yang digunakan untuk pencucian uang oleh Korea Utara (Korut) senilai US$ 174,8 juta
Sementara itu, HSBC disebut terkait pencucian uang bandar narkona Amerika Latin. Bank ini juga dikatakan membiarkan pelaku pencucian uang Rusia dan penipu asal China yang melakukan skema Ponzi bertransaksi lewat banknya.
Standard Chartered disebut telah bekerja sama dengan pemerintah Iran dalam transaksi rahasia senilai US$ 250 miliar. Bank tersebut juga terkait dengan Arab Bank, yang disebut bertanggung jawab atas pemboman bus di Israel.
Dalam laporan itu, Deutsche Bank juga disebut memindahkan uang kotor pencucian uang untuk kejahatan terorganisir, teroris dan pengedar narkoba. Sedangkan Barclays mungkin telah digunakan untuk mencuci uang seorang miliuner Rusia dan menghindari sanksi.
Sejumlah bank tak bisa mengomentari laporan ini. Pasalnya mereka terikat aturan federal.
(sef/sef)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDkyMjA3MzQxNS0xNy0xODgzOTMvaGVib2gtZmluY2VuLWZpbGVzLWFudGFyYS1wZXJiYW5rYW4tcGVuamFoYXQtdGVyb3Jpc9IBAA?oc=5
2020-09-22 00:50:00Z
52782392587949
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Heboh FinCEN Files! Antara Perbankan, Penjahat & Teroris - CNBC Indonesia"
Post a Comment