Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan nilai tukar rupiah saat ini masih dibayangi oleh sentimen peningkatan plafon utang atau debt ceiling di Amerika Serikat (AS). Oleh karena itu, pergerakan nilai tukar menjadi salah satu hal yang juga harus terus diawasi oleh Bank Indonesia (BI).
Seperti diketahui, rupiah kembali melemah tiga hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (26/5/2023), mendekati Rp 15.000/US$.
Melansir data Refinitiv, rupiah tercatat melemah tipis 0,03% ke Rp 14.950/US$, setelah sebelumnya menyentuh Rp 14.969/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah dalam 7 pekan terakhir.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, pelemahan rupiah disebabkan adanya faktor eksternal yakni terkait debt ceiling di AS. Risiko besar menghantui jika batas utang tersebut tidak dinaikkan sebelum 1 Juni, sehingga membuat pelaku pasar was-was.
"Awal Juni 2023 sudah habis budget-nya AS. Kekhawatiran itu juga ada di rapat notulen FOMC sebelumnya tanggal 4 Mei 2023. Itu masih perdebatan di The Fed, karena beberapa memandang perlu menaikkan suku bunga," jelas David kepada CNBC Indonesia, Jumat (26/5/2023).
"Market masih melihat ada kenaikan suku bunga, karena target inflasi mereka 2%," kata David lagi. Hingga April 2023, inflasi AS tercatat 4,9% secara tahunan (yoy). Angka ini turun dari bulan sebelumnya yang tembus 5% (yoy).
David mengungkapkan, pergerakan rupiah saat ini menjadi krusial karena sentimennya datang dari faktor eksternal. Berharap penyelesaian debt ceiling di AS bisa segera ada penyelesaian.
Masalahnya kata David, di kala huru-hara perekonomian AS saat ini, investor masih belum berpaling dari kepemilikan dolar. Hal ini juga yang memicu dolar menguat dan melemahkan nilai tukar di beberapa negara lainnya, termasuk Indonesia.
"Investor cenderung larinya ke safe haven, orang larinya ke dolar. Padahal masalahnya di dolar, tapi karena sumber likuiditas global, investor malah lari ke dolar," tuturnya.
Apabila persoalan debt ceiling di AS tak kunjung selesai dan tidak ada intervensi dari Bank Indonesia (BI), David memproyeksikan rupiah bisa menyentuh ke level Rp 15.100/US$.
"Support-nya kan sekarang di Rp 14.880/US$. Presistennya bisa ke arah Rp 15.100/US$. Kita lihat saja nanti bisa berapa lama penyelesaian debt ceiling ini," kata David lagi.
Sebelumnya, BI kembali mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur BI Mei 2023. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, tingkat suku bunga memadai di tengah inflasi yang telah melandai dan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dalam mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global.
Perry menyebut, tingkat suku bunga acuan ini difokuskan pada penguatan stabilitas nilai rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation). Inflasi barang impor berpotensi meningkat seiring meningkatnya permintaan barang dan jasa.
Selain itu, kebijakan mempertahankan suku bunga itu memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global. Ketidakpastian itu tetap tinggi dipengaruhi oleh dampak risiko stabilitas sistem keuangan di negara maju dan ketidakpastian penyelesaian permasalahan plafon utang Pemerintah AS.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Rupiah Sukses Tembus Rp 14.900/US$, BI Ungkap Alasannya!
(cap/cap)
https://news.google.com/rss/articles/CBMieWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDUyNjE1MzI1NC0xNy00NDA5NTMvYXMtYmlraW4tcmVwb3QtcnVwaWFoLWJha2FsLWplYmxvay1sYWdpLWtlLWF0YXMtcnAxNTAwMC11cy3SAX1odHRwczovL3d3dy5jbmJjaW5kb25lc2lhLmNvbS9tYXJrZXQvMjAyMzA1MjYxNTMyNTQtMTctNDQwOTUzL2FzLWJpa2luLXJlcG90LXJ1cGlhaC1iYWthbC1qZWJsb2stbGFnaS1rZS1hdGFzLXJwMTUwMDAtdXMtL2FtcA?oc=5
2023-05-26 08:38:14Z
2060551639
Bagikan Berita Ini
0 Response to "AS Bikin Repot! Rupiah Bakal Jeblok Lagi ke Atas Rp15.000/US$ - CNBC Indonesia"
Post a Comment