Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah gagal menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) Kamis kemarin, dan berisiko melemah pada perdagangan Jumat (12/5/2023). Sebabnya, indeks dolar AS yang melesat hingga 0,6% kemarin, meski data inflasi menunjukkan penurunan.
Indeks harga produsen dilaporkan tumbuh 0,2% pada April dari bulan sebelumnya. Rilis tersebut lebih rendah dari ekspektasi Dow Jones sebesar 0,3%.
Secara tahunan atau year-on-year, indeks harga produsen tumbuh 4,9%, juga lebih rendah dari ekspektasi.
Selain itu klaim tunjangan pengangguran bertambah sebanyak 246.000 orang dalam sepekan yang berakhir 6 Mei, bertambah 22.000 orang dari pekan sebelumnya. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak akhir Oktober 2021.
Ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pada bulan depan juga cukup rendah, tetapi dolar masih tetap ngegas.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR saat ini berada jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 yang tentunya memberikan tenaga rupiah menguat.
Penguatan Mata Uang Garuda semakin terakselerasi setelah sukses menembus Rp 15.090/US$ yang sebelumnya menjadi support kuat.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50% yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah bahkan mampu menembus ke bawah Fib. Retracement 61,8% pada pekan lalu.
Foto: Refinitiv
idr |
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian terus bergerak naik setelah menyentuh wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang mulai masuk oversold artinya ada risiko rupiah akan mengalami koreksi.
Rupiah kini berada di dekat Fib. Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$ menjadi menjadi resisten terdekat. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.780/US$ sebelum menuju Rp 14.830/US$.
Sementara selama mampu bertahan di bawah Rp 14.730/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.650/US$ hingga Rp 14.620/US$.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Video: Menguat Lebih Dari 1%, Rupiah Tembus Rp 14.985/USD
(pap/pap)
https://news.google.com/rss/articles/CBMidGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDUxMjA3NTMyMS0xNy00MzY3MjgvaW5mbGFzaS1tYWtpbi1yZW5kYWgtZG9sYXItbWFsYWgtbmdlZ2FzLXdhc3BhZGEtcnVwaWFo0gF4aHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbWFya2V0LzIwMjMwNTEyMDc1MzIxLTE3LTQzNjcyOC9pbmZsYXNpLW1ha2luLXJlbmRhaC1kb2xhci1tYWxhaC1uZ2VnYXMtd2FzcGFkYS1ydXBpYWgvYW1w?oc=5
2023-05-12 01:15:13Z
2018743161
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Inflasi Makin Rendah Dolar Malah Ngegas, Waspada Rupiah! - CNBC Indonesia"
Post a Comment