Search

BI 7-Day Reverse Repo Rate Tetap 5,75%: Sinergi Menjaga Stabilitas dan Mendorong Pertumbuhan - Bank Indonesia

No.25/140/DKom ​

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 24-25 Mei 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%. Keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi inti terkendali dalam kisaran 3,0±1% di sisa tahun 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat segera kembali ke dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada triwulan III 2023. Fokus kebijakan diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global. Kebijakan likuiditas dan makroprudensial longgar tetap dilanjutkan untuk mendorong penyaluran kredit/pembiayaan dan tetap terjaganya stabilitas sistem keuangan. Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran terus didorong untuk perluasan ekonomi dan keuangan digital dan penguatan stabilitas sistem dan layanan pembayaran. Bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran Bank Indonesia tersebut terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan sebagai berikut:

  1. Memperkuat operasi moneter untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter;
  2. Memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder;
  3. Melanjutkan twist operation melalui penjualan SBN di pasar sekunder untuk tenor pendek guna meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing dalam rangka memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah;
  4. Melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman pada respons suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan terhadap suku bunga kebijakan (Lampiran);
  5. Melanjutkan perluasan QRIS melalui: (i) peningkatan intensitas kampanye bersama indusri terkait manfaat penggunaan QRIS kepada masyarakat termasuk Merchant Discount Rate (MDR) QRIS Usaha Mikro (UMI) dan QRIS Tarik Tunai, Transfer, Setor Tunai (TUNTAS); (ii) pengembangan QRIS antarnegara dengan Singapura, Jepang, India, dan Tiongkok.
  6. Mendorong akseptasi Kartu Kredit Indonesia antara lain melalui program Championship Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) 2023;
  7. Memperkuat kerja sama internasional melalui perluasan kerja sama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, serta fasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait. Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait untuk menyukseskan Keketuaan ASEAN 2023 khususnya melalui jalur keuangan. 

Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan mitra strategis terus diperkuat. Dalam kaitan ini, koordinasi dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) dilanjutkan melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Sinergi kebijakan antara Bank Indonesia dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) diperkuat dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi dan sektor keuangan, mendorong kredit/pembiayaan kepada dunia usaha khususnya pada sektor-sektor prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan ekspor, serta meningkatkan ekonomi dan keuangan inklusif dan hijau.

Pertumbuhan ekonomi dunia 2023 lebih tinggi dari prakiraan semula. Pertumbuhan ekonomi global 2023 diprakirakan mencapai 2,7% (yoy), ditopang oleh pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang lebih kuat. Ekonomi Tiongkok tumbuh lebih baik didorong oleh pembukaan ekonomi pascapandemi Covid-19. Prospek ekonomi India juga meningkat didukung oleh permintaan domestik yang kuat. Sementara itu, pemulihan ekonomi negara maju, terutama Amerika Serikat (AS) tertahan sejalan dengan dampak kebijakan moneter ketat dan peningkatan risiko stabilitas sistem keuangan (SSK). Penurunan inflasi global berlanjut terutama dipengaruhi oleh proses disinflasi negara berkembang yang lebih cepat sedangkan penurunan inflasi negara maju lebih lambat akibat pasar tenaga kerja yang ketat. Ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi dipengaruhi oleh dampak risiko SSK di negara maju dan juga ketidakpastian penyelesaian permasalahan government debt ceiling di AS. Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global tersebut, aliran masuk modal asing ke negara berkembang berlanjut seiring dengan kondisi dan prospek perekonomiannya yang lebih baik.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2023 tercatat 5,03% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,01% (yoy). Perkembangan positif ini didorong oleh tingginya ekspor dan meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan konsumsi rumah tangga dan konsumsi Pemerintah yang meningkat serta investasi nonbangunan yang baik. Pertumbuhan ekonomi juga didukung kinerja yang baik di seluruh Lapangan Usaha (LU), dengan kontribusi yang besar tercatat pada LU Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Transportasi dan Pergudangan. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi tertinggi tercatat di wilayah Kalimantan dan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua). Perkembangan terkini menunjukkan kegiatan ekonomi tetap membaik pada triwulan II 2023, sebagaimana tecermin pada pertumbuhan positif penjualan eceran, ekspansi Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur, dan kenaikan keyakinan konsumen. Kinerja ekspor pada April 2023 juga kuat di tengah membaiknya perekonomian global. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan tetap dalam kisaran 4,5-5,3%.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membaik dan mendukung ketahanan eksternal. Surplus NPI pada triwulan I 2023 meningkat dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya, ditopang oleh berlanjutnya surplus transaksi berjalan seiring kinerja positif neraca perdagangan serta surplus transaksi modal dan finansial. Perkembangan terkini menunjukkan neraca perdagangan April 2023 kembali mencatat surplus cukup tinggi sebesar 3,9 miliar dolar AS dipengaruhi ekspor nonmigas yang kuat. Aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik juga berlanjut pada triwulan II 2023, tecermin dari investasi portofolio yang hingga 23 Mei 2023 mencatat net inflows sebesar 1,0 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa pada akhir April 2023 sebesar 144,2 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Berbagai kinerja positif tersebut diprakirakan berlanjut sehingga NPI 2023 diprakirakan mencatat surplus, dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,4% sampai dengan defisit 0,4% dari PDB. Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan mencatat surplus didukung oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio.

Nilai tukar Rupiah menguat sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. Nilai tukar Rupiah pada triwulan II 2023 berada dalam tren menguat, dimana sampai 24 Mei 2023 menguat 0,63% secara point to point dibandingkan dengan level akhir triwulan I 2023, didorong kuatnya aliran masuk modal asing di investasi portofolio. Secara year to date, nilai tukar Rupiah juga menguat 4,48% dari level akhir Desember 2022, lebih baik dibandingkan dengan apresiasi Thailand sebesar 0,20% dan India sebesar 0,08%, serta Filipina yang terdepresiasi sebesar 0,10%. Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui triple intervention  dan twist operation untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global. Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan apresiasi Rupiah berlanjut ditopang oleh surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Tekanan inflasi terus menurun dan lebih rendah dari prakiraan. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) April 2023 secara bulanan tercatat 0,33% (mtm), sehingga secara tahunan menurun dari 4,97% (yoy) pada Maret 2023 menjadi 4,33% (yoy). Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok inflasi. Inflasi inti April 2023 melambat dari 2,94% (yoy) menjadi 2,83% (yoy) dipengaruhi ekspektasi inflasi dan tekanan imported inflation yang menurun serta pasokan yang memadai dalam merespons kenaikan permintaan barang dan jasa. Sementara itu, inflasi volatile food turun dari 5,83% (yoy) pada Maret 2023 menjadi 3,74% (yoy) didukung pasokan pangan yang terjaga, di tengah pola kenaikan permintaan musiman di periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Terus menurunnya inflasi sebagai dampak positif dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi inti tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% di sisa tahun 2023 dan inflasi IHK dapat segera kembali ke dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada triwulan III 2023.

Likuiditas perbankan dan perekonomian tetap longgar sehingga berkontribusi positif mendorong kredit/pembiayaan dan terjaganya stabilitas sistem keuangan. Sejalan dengan stance kebijakan likuiditas Bank Indonesia yang akomodatif, indikator rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi yakni 26,58% pada April 2023. Pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) pada April 2023 tetap memadai dalam memenuhi kebutuhan perekonomian yang masing-masing tumbuh sebesar 3,4% (yoy) dan 5,5% (yoy). Likuiditas yang tetap longgar pada gilirannya mempengaruhi perkembangan suku bunga kondusif dalam mendukung permintaan kredit/pembiayaan. Di pasar uang, suku bunga IndONIA masih rendah sebesar 5,46% pada 24 Mei 2023. Imbal hasil SBN tenor jangka pendek tercatat 5,80%, turun 34 bps dibandingkan dengan level April 2023, sedangkan imbal hasil SBN tenor jangka panjang terkendali. Suku bunga deposito 1 bulan pada April 2023 tercatat rendah, yaitu 4,09%. Suku bunga kredit April 2023 juga terjaga dan kondusif mendukung permintaan kredit, yakni sebesar 9,37%. Bank Indonesia terus memastikan kecukupan likuiditas untuk terjaganya stabilitas sistem keuangan serta mendorong berlanjutnya peningkatan kredit/pembiayaan bagi pemulihan ekonomi nasional.

Kredit/pembiayaan perbankan tumbuh positif sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi. Pertumbuhan kredit pada April 2023 tercatat 8,08% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 9,93% (yoy). Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi sebesar 10,12% (yoy), diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 8,68% (yoy), dan kredit modal kerja sebesar 6,55% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit yang tinggi terutama tercatat pada korporasi di sektor pertambangan, industri, dan jasa. Dari sisi penawaran, bank optimis mampu mencapai target penyaluran kredit 2023 sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi serta tetap longgarnya likuiditas dan lending standard. Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 18,68% (yoy) pada April 2023. Di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), pertumbuhan kredit tercatat sebesar 6,83% (yoy) pada April 2023, didukung realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp53,93 triliun hingga 30 April 2023. Bank Indonesia akan terus mendorong intermediasi perbankan guna menjaga momentum pemulihan ekonomi.

Ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, tetap terjaga. Permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio /CAR) sebesar 24,69% pada Maret 2023. Risiko kredit juga terkendali, tecermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan /NPL) yang rendah, yaitu 2,49% (bruto) dan 0,72% (neto) pada Maret 2023. Sementara itu, likuiditas perbankan pada April 2023 terjaga, dipengaruhi oleh pertumbuhan DPK sebesar 6,82% (yoy). Hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukan ketahanan perbankan yang kuat. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global, yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan. 

Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal. Nilai transaksi Uang Elektronik (UE) pada April 2023 meningkat 9,00% (yoy) sehingga mencapai Rp37,4 triliun. Sementara itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit mencapai Rp738,3 triliun dan nilai transaksi digital banking tercatat Rp4.265 triliun. Ke depan, transaksi ekonomi dan keuangan digital diprakirakan meningkat sejalan kenaikan aktivitas masyarakat serta dampak perluasan dan optimalisasi ekosistem pengguna. Sementara dari sisi pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada April 2023 menurun 0,99% (yoy) sehingga menjadi Rp1.031 triliun sejalan dengan kembali masuknya uang kartal ke Bank Indonesia sesuai dengan pola musiman pasca Idulfitri. 

Jakarta, 25 Mei 2023

Kepala Departemen Komunikasi

Erwin Haryono

Direktur Eksekutif

Informasi tentang Bank Indonesia
Tel.021-131, email : bicara@bi.go.id

 

Infografis_RDG_Mei_2023_versi-singkat.jpg

Infografis_RDG_Mei_2023_versi-Detail.jpg

Adblock test (Why?)


https://news.google.com/rss/articles/CBMiUGh0dHBzOi8vd3d3LmJpLmdvLmlkL2lkL3B1Ymxpa2FzaS9ydWFuZy1tZWRpYS9uZXdzLXJlbGVhc2UvUGFnZXMvc3BfMjUxNDAyMy5hc3B40gEA?oc=5

2023-05-26 09:17:16Z
2053757980

Bagikan Berita Ini

0 Response to "BI 7-Day Reverse Repo Rate Tetap 5,75%: Sinergi Menjaga Stabilitas dan Mendorong Pertumbuhan - Bank Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.