Rupiah mengakhiri perdagangan hari ini di level Rp 14.030/US$, melemah 0,75% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Mata uang Garuda kini membukukan pelemahan delapan hari beruntun dengan total 2,75%, dan sejak awal tahun atau secara year-to-date melemah 1,1%. Menjadi sebuah ironi mengingat di bulan Januari lalu rupiah merupakan juara dunia atau mata uang terbaik di dunia dengan penguatan lebih dari 2% melawan dolar AS.
Pelemahan rupiah pada hari ini juga menjadikannya mata uang dengan kinerja terburuk di Asia. Mata uang utama Benua Kuning pada hari ini bergerak bervariasi, hingga pukul 16:05 WIB, ringgit Malaysia menjadi mata uang terbaik dengan menguat 0,5%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.
Aksi jual yang melanda pasar keuangan dalam negeri membuat rupiah keok. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,69% sementara dari pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 11,8 basis poin (bps) menjadi 6,7%.
Untuk diketahui pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga SUN, kala yield naik itu artinya harga sedang turun. Sehingga kenaikan yield mengindikasikan aksi jual di pasar obligasi.
Aksi jual di pasar dalam negeri sudah berlangsung sejak awal pekan ini akibat melonjaknya penyebaran wabah virus corona di luar China. IHSG kini sudah anjlok 5,89% sementara yield SUN tenor 10 tahun naik 15,8 bps, dampaknya rupiah terus tertekan. Sepanjang pekan ini, rupiah sudah melemah 1,68% melawan dolar Singapura.
Lonjakan kasus virus corona atau Covid-19 terjadi di Korea Selatan, Italia dan Iran. Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 1.595 orang, dengan 12 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.
Korban meninggal di Italia juga sebanyak 12 orang, dengan 453 orang yang terjangkit, sementara Iran melaporkan 19 orang meninggal dan menjangkiti 139 orang.
Di China yang merupakan pusat wabah corona, jumlah korban meninggal lebih dari sebanyak 2.700 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 78.000 orang. Sementara Secara global virus corona telah menewaskan 2.799 orang, dan menjangkiti lebih dari 82.000 orang.
Sejauh ini belum ada kasus virus corona di Indonesia, tetapi kabar buruknya negara-negara mitra dagang utama RI, yakni China, Jepang, Singapura, dan Korsel yang terkena wabah tersebut diprediksi mengalami pelambatan ekonomi.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia Rabu kemarin menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%.
Itu baru China saja, negara-negara mitra dagang utama RI juga diprediksi mengalami pelambatan bahkan terancam mengalami resesi. Ekonomi RI tentunya semakin tertekan, akibatnya rupiah terus mengalami pelemahan.
Kabar terbaru yang membuat aksi jual semakin "menggila" pada hari ini adalah kasus corona di AS yang belum diketahui penyebab sampai bisa terjangkit. Indeks Dow Jones futures langsung anjlok nyaris 400 poin, yang mengirim aura negatif ke pasar Asia, aksi jual di Indonesia makin menjadi-jadi, dan rupiah semakin tertekan.
Pusat Pencegahan dan Pengendali Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) mengkonfirmasi adanya pasien positif virus corona tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit. CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya "penyebaran di masyarakat" melihat kasus terbaru tersebut, yang memicu kecemasan di pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMib2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDIyNzE2MjgyMi0xNy0xNDA5NDAvcnVwaWFoLXNhbmctanVhcmEtZHVuaWEteWFuZy1kaWhhamFyLXZpcnVzLWNvcm9uYdIBAA?oc=5
2020-02-27 10:01:49Z
52782058140452
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Sang 'Juara Dunia' yang 'Dihajar' Virus Corona - CNBC Indonesia"
Post a Comment