Pada pembukaan perdagangan, IHSG naik 0,15% ke level 5.921,91. Sayang, per akhir sesi satu IHSG justru membukukan koreksi yang cukup signifikan.
Per akhir sesi satu, indeks saham acuan di Indonesia tersebut terkoreksi 0,67% ke level 5.873,3. Per akhir sesi dua, koreksi IHSG adalah sebesar 0,7% ke level 5.871,95.
Koreksi IHSG pada hari ini menandai koreksi selama enam hari beruntun.
IHSG mengalami nasib yang sama dengan bursa saham utama kawasan Asia. Walaupun dibuka menguat, bursa saham utama kawasan Asia kemudian meluncur turun ke zona merah: indeks Nikkei turun 0,14%, indeks Shanghai melemah 0,71%, indeks Hang Seng terkoreksi 0,34%, indeks Straits Times jatuh 0,2%, dan indeks Kospi berkurang 0,24%.
Pada pagi hari, bursa saham Benua Kuning sempat sukses mengekor jejak Wall Street yang ditutup menguat pada perdagangan kemarin, Rabu (12/2/2020). Pada perdagangan kemarin, indeks Dow Jones naik 0,94%, indeks S&P 500 menguat 0,65%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 0,9%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa.
Rilis data ekonomi yang menggembirakan masih menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS. Menjelang akhir pekan kemarin, penciptaan lapangan kerja periode Januari 2020 (di luar sektor pertanian) versi resmi pemerintah AS diumumkan sebanyak 225.000, jauh di atas ekspektasi yang sebanyak 163.000, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data ekonomi yang menggembirakan tersebut memberikan harapan bahwa laju perekonomian AS akan membaik di tahun 2020.
Belum lama ini, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal IV-2019 diumumkan di level 2,1% (QoQ annualized), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh Dow Jones.
Untuk keseluruhan tahun 2019, perekonomian AS hanya tumbuh 2,3%, menandai laju pertumbuhan terlemah dalam tiga tahun. Untuk diketahui, pada tahun 2017 perekonomian AS tumbuh sebesar 2,4%, diikuti pertumbuhan sebesar 2,9% pada tahun 2018.
Laju pertumbuhan tersebut juga berada di bawah target yang dipatok oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Pasca resmi memangkas tingkat pajak korporasi dan individu pada tahun 2017, Gedung Putih memproyeksikan pertumbuhan ekonomi untuk setidaknya berada di level 3%.
Di sisi lain, terus meluasnya infeksi virus Corona menjadi sentimen negatif yang membayangi perdagangan hari ini, hingga akhirnya menyeret bursa saham kawasan regional ke zona merah.
Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.
Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Melansir publikasi Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.
China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.
Melansir CNBC International, hingga kemarin sebanyak 1.310 orang di provinsi Hubei telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 48.000. Untuk keseluruhan China, jumlah korban meninggal tercatat sebanyak 1.367, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 59.000.
Riset dari Standard & Poor's (S&P) menyebutkan bahwa virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6%, maka virus Corona akan memangkasnya menjadi 4,8% saja.
Untuk diketahui, pada tahun 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,1%, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.
"Pada tahun 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 persentase poin dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 persentase poin," tulis riset S&P.
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDIxMzE2MjYyOS0xNy0xMzc2OTgvc2FoYW0ta29uc3VtZXIta2VtYmFsaS1kaWxlZ28taWhzZy1qYXR1aC02LWhhcmktYmVydW50dW7SAQA?oc=5
2020-02-13 09:33:38Z
52782036448700
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Saham Konsumer Kembali Dilego, IHSG Jatuh 6 Hari Beruntun - CNBC Indonesia"
Post a Comment