Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup minus 1,50% di level 5.452,70 pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (28/2/2020), setelah pada penutupan sesi I IHSG ambruk lebih dari 4%.
Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), beberapa saham tercatat membantu penguatan IHSG.
Beberapa di antaranya yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,45% di level Rp 4.190/saham dengan nilai transaksi Rp 784,84 miliar dan volume perdagangan 191,96 juta saham. Padahal pada perdagangan awal, tadi pagi, saham BBRI melorot di level Rp 3.990/saham.
Penguatan saham BBRI ditopang aksi beli yang dilakukan investor domestik, mengingat investor asing justru net sell Rp 30,10 miliar di seluruh pasar. Kapitalisasi pasar BBRI sebesar Rp 516,82 triliun memberi bobot besar bagi kinerja IHSG.
Berikutnya saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) juga naik 0,58% di level Rp 3.410/saham kendati pada awal perdagangan saham Telkom ambles di level Rp 3.390/saham.
Nilai transaksi saham Telkom sebesar Rp 518,88 miliar dan volume perdagangan 151,75 juta saham. Kapitalisasi saham Telkom mencapai Rp 345,73 triliun. Asing masuk hingga Rp 18,35 miliar.
Selain itu ada saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang naik 5,28% di level Rp 2.590/saham, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) tumbuh 4,17% di level Rp 200/saham, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik 2,49% di level Rp 11.300/saham
Beberapa saham dengan penguatan cukup besar tapi porsi ke IHSG relatif rendah yakni PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) melesat 12,38% di level Rp 118/saham, PT Pelayaran Tamarin Samudra Tak (TAMU) melejit 11,76% di level Rp 95/saham, dan PT PP Properti Tbk (PPRO) naik 2% di level Rp 51/saham.
Menanggapi penutunan IHSG, Presiden Direktur PT Syailendra Capital, Fajar Hidayat, mengatakan koreksi yang cukup signifikan di atas 4% dalam sehari ini mencerminkan ada kepanikan sementara dari pelaku pasar.
Namun dia menegaskan terjadinya swing di pasar modal biasa terjadi setiap tahun di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kali ini, penurunan IHSG berkaitan dengan tren di bursa saham AS, Wall Street, khususnya indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang menjadi acuan global terus melorot dalam beberapa hari terakhir.
Penurunan DJIA seiring dengan kekhawatiran meluasnya wabah virus corona secara global mengingat saat ini jumlah kasus infeksi virus corona sampai Jumat pagi (28/2) sudah mencapai 83.389 kasus di lebih dari 50 negara dan menewaskan 2.858 orang.
"[Investor pesimistis fundamental bursa?] Tidak demikian, market swing biasa, terjadi tiap tahun, ini efek reaksi investor, Dow Jones 2-3 hari turun dalam, akibat kekhawatiran virus corona," katanya, dalam dialog CNBC Indonesia, Jumat (28/2/2020).
"Investor panic mode, sementara. Setiap tahun ada swing, jadi memang sejak awal tahun hingga saat ini IHSG sudah terkoreksi 16%. Dalam range 9 tahun, IHSG pernah 2013 ambles 22% [dalam kurun waktu beberapa bulan], pernah 22% di 2015 dari top to bottom, dan long the way selama 10 tahun swing atau turun 11-16%."
Dia mengatakan IHSG sudah jenuh jual (oversold), tapi beberapa saham unggulan alias blue chip belum mengalami oversold.
(tas/hps)https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMiemh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDIyODE2MjkzMS0xNy0xNDEyNTkvYmxhY2stZnJpZGF5LTQtc2FoYW0taW5pLWphZGktcGVub2xvbmctaWhzZy10aXBpc2thbi1rb3Jla3Np0gEA?oc=5
2020-02-28 09:34:26Z
52782057659384
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Black Friday! 4 Saham Ini Jadi Penolong IHSG Tipiskan Koreksi - CNBC Indonesia"
Post a Comment