Search

Saham-saham BUMN Sudah Relatif Murah? Yuk Cek Faktanya - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham tanah air sejak awal tahun tidak menunjukkan kinerja yang memuaskan karena digempur oleh berbagai sentimen negatif yang berasal dari eksternal maupun domestik.

Hingga periode perdagangan pekan lalu Jumat (21/2/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terkoreksi 6,62% sejak awal tahun. Sebanyak 34 indeks bursa saham tanah air baik indeks sektoral maupun indeks berdasarkan papan pencatatan berada di zona merah, tak terkecuali indeks IDX BUMN 20.

Dari awal tahun indeks IDX BUMN 20 ini telah terkoreksi 4,98%. Masih mencatatkan kinerja yang lebih baik dari IHSG. Pasar saham tanah air memang tengah digempur oleh berbagai sentimen.


Sentimen dari luar datang dimulai dengan ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran, ada juga tarik ulur cerainya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), ketegangan regional lainnya hingga yang terbaru dan masih menjadi momok untuk pasar saham global adalah virus corona.

Virus corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan kini tak hanya menjangkiti China. Sudah lebih dari 79.000 orang di 26 negara dinyatakan positif terjangkit virus yang menyerang sistem pernapasan ini. Hingga kini korban meninggal tercatat sudah mencapai lebih dari 2.600 orang.

Sementara dari dalam negeri sentimen negatif yang cukup membayangi bursa saham tanah air adalah kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya yang merembet ke industri asuransi lain serta reksadana menjadi faktor penekan kinerja pasar saham Indonesia.

Dengan IHSG dan IDX BUMN 20 yang mencatatkan minus sejak awal tahun. Banyak orang yang mengatakan ini adalah momen yang tepat untuk melakukan aksi beli karena harga saham sedang diskon alias murah.

Saham-saham emiten pelat merah yang mayoritas juga jadi konstituen indeks LQ45 juga dinilai sudah sangat murah sehingga layak untuk dikoleksi. Benarkah demikian? Apakah valuasi saham-saham BUMN Ini memang menarik?


Berdasarkan studi yang dilakukan Tim Riset CNBC Indonesia, saham-saham BUMN menawarkan potensial imbal hasil sebesar 38%, berdasarkan harga pekan lalu dibanding dengan target harga konsensus analis yang dihimpun Refinitiv.

Apalagi beberapa emiten BUMN juga menjadi konstituen indeks IDX High Dividend 20. Berdasarkan kalkulasi Tim Riset CNBC Indonesia menggunakan data Refinitiv, median perolehan dividen (dividend yield) perusahaan BUMN mencapai 2,95% setahun. Harga saham-saham emiten BUMN dinilai kian menarik ketika Kementerian BUMN mendorong untuk menaikkan dividen yang dibayarkan ke investor. 

Perhitungan potensial dari return yang dilakukan tanpa memasukkan emiten PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) karena keterbatasan data.

[Gambas:Video CNBC]

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMic2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDIyNDE2MDMzOC0xNy0xNDAxMjIvc2FoYW0tc2FoYW0tYnVtbi1zdWRhaC1yZWxhdGlmLW11cmFoLXl1ay1jZWstZmFrdGFueWHSAQA?oc=5

2020-02-24 10:22:10Z
52782053878703

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Saham-saham BUMN Sudah Relatif Murah? Yuk Cek Faktanya - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.