Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan global kembali terguncang pekan ini. Hal tersebut juga berdampak pada pergerakan harga aset digital seperti cryptocurrency.
Dalam seminggu ini, kapitalisasi pasar dua token kripto paling popular dan terbesar di dunia yakni Bitcoin sudah ambles hampir 10% dalam sepekan ke bawah level psikologis US$ 50.000/BTC. Ini merupakan level terendah sejak awal Oktober 2021.
Penyebab utamanya tentu saja gejolak di pasar keuangan yang disebabkan oleh sentimen merebaknya varian Covid-19 jenis baru bernama Omicron. WHO sendiri sudah memberikan wanti-wanti agar setiap negara mulai bersiap.
Khawatirnya akan adanya lockdown besar-besaran kembali terjadi. Investor-pun mulai membuang aset-aset berisiko seperti saham.
Melihat usia yang masih muda, pergerakannya yang cenderung jauh lebih volatil hingga pandangan skeptis dari regulator juga membuat aset digital cryptocurrency ikut dilego para investor yang membuat harganya jatuh. Apalagi mengingat The Fed sudah mulai melakukan tapering sehingga dolar AS digadang-gadang akan kembali menguat sehingga para investor mulai melepas aset-aset berisiko seperti saham dan mata uang kripto.
Selain karena sentimen global yang sedang tak mendukung, banyak analis yang menilai penurunan harga Bitcoin juga disebabkan oleh aksi jual para trader di pasar derivatif. Hal ini diungkapkan oleh J.C. Parets dari All Star Charts dan Will Clemente dari Blockware Solutions.
Ya, tak bisa dipungkiri harga aset derivative dan kontrak futures komoditas juga berguguran. Harga minyak drop lebih dari 5%, batu bara drop 3% dan harga CPO juga melemah 4%.
Ketika harga Bitcoin turun sampai 13% sepekan, harga emas cenderung naik tipis 0,56%. Bitcoin dan emas memang cenderung bergerak berlawanan arah. Korelasi negatif pergerakan harga emas dan Bitcoin disebabkan karena semakin tingginya popularitas Bitcoin sebagai salah satu aset lindung nilai terhadap inflasi (inflation hedge).
Selain persoalan inflasi, aset kripto juga dinilai memiliki utilitas yang lebih banyak dibanding emas terutama jika melihat perkembangan teknologi digital seperti adanya blockchain. Namun yang patut diwaspadai oleh investor adalah, saat ini harga Bitcoin sudah drop hampir 30% dari level all time high-nya awal November lalu.
Secara teknikal suatu aset memasuki periode bearish jika harganya sudah turun lebih dari 20%. Melihat Bitcoin yang masuk pada tren bearish serta sentimen yang sedang tak bagus, memang besar kemungkinan harga Bitcoin dan token kripto lain bergerak dengan volatilitas tinggi.
Ada kalanya harga akan terbang jika sudah turun terlalu dalam. Namun kenaikan tersebut akan cenderung bersifat sementara (temporer).
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMTIwNTExNDUzMi0xNy0yOTY3NDkvdWFuZy10cmlsaXVuYW4tbGVueWFwLWluaS1hbGFzYW4ta2VuYXBhLXBhc2FyLWtyaXB0by1hbWJydWvSAX1odHRwczovL3d3dy5jbmJjaW5kb25lc2lhLmNvbS9tYXJrZXQvMjAyMTEyMDUxMTQ1MzItMTctMjk2NzQ5L3VhbmctdHJpbGl1bmFuLWxlbnlhcC1pbmktYWxhc2FuLWtlbmFwYS1wYXNhci1rcmlwdG8tYW1icnVrL2FtcA?oc=5
2021-12-05 05:55:24Z
1159077479
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Uang Triliunan Lenyap! Ini Alasan Kenapa Pasar Kripto Ambruk - CNBC Indonesia"
Post a Comment