Search

Kisah di Balik Divestasi Terumit di Dunia dan Peran 3 Srikandi Indonesia

Saya kenal Rini sejak tahun 1999 saat ia kembali ke PT Astra Internasional sebagai CEO. Ia ditugasi mengatasi kerugian sebesar Rp 7,3 triliun yang membuat Astra nyaris bangkrut, Ia pun melakukan restrukturisasi besar-besaran.  

Begitu prosesnya selesai, saya diminta memberi penjelasan kepada para investor strategisnya sekaligus meluncurkan logo barunya.

Duduk di sisi kiri saya adalah Kasospol TNI, Susilo Bambang Yudhoyono, dan di sebelah kanan saya, Dr. Sri Mulyani. Saat itu Sri adalah pengamat ekonomi.

Seingat saya investor gelisah karena harga saham Astra terus anjlok ke sekitar Rp 200. Tetapi Rini dan saya menenangkan. Juga SBY dan SMI. Ia meyakinkan bahwa memegang saham Astra harus long term.

Kelak rekomendasi itu tepat adanya. Pada tahun 2010, harga saham Astra Internasional berhasil tembus Rp 40.550.  Lantas apa hubungannya dengan Freeport? 

Begini, ternyata salah satu investor Astra itu, kebetulan juga salah satu pemegang saham penting dari Freeport McMoran, di samping Vanguard dan Icahn.

Rini tidak menyia-nyiakan info itu. Apalagi para eksekutif perusahaan investasi itu sudah lama mengenal reputasinya. Ia segera mengontak mereka dan bertemu di London.

Dari portofolionya sebesar USD 100 Miliar, mereka ternyata menguasai portofolio dalam bidang tambang yang cukup besar, sekitar USD 40 Miliar. Bisa dibayangkan, betapa takluknya para CEO perusahaan tambang pada investor besar ini.

Singkat cerita, eksekutif perusahaan investasi itu pun bekerja dan berhasil menjelaskan kepada publik bahwa Indonesia telah berubah. Indonesia juga mendapatkan rating bagus dari Moody’s and Fitch Group.

Di lain pihak, perusahaan investasi itu sudah lama mendalami siapa-siapa saja CEO yang menjadi pembuat kebijakan di Indonesia sehingga mereka punya harapan positif. Bahkan mereka ikut membeli Global Bond Indonesia.

Selanjutnya, apa yang terjadi dengan Adkerson saya tidak tahu persis. Saya mendengar Richard Adkerson menjadi lebih kooperatif.

Jalan terbuka. Saat Indonesia berminat membeli tambahan saham PT FI sebesar 42 persen (karena sebelumnya sudah menguasai 9 persen), Richard Adkerson membuka pembicaraan: “Kalian ingin ambil dari yang mana? Dari bagian FCX yang 51 persen?”

Semua anggota tim negosiasi terperangah. Diantaranya ada Kepala BKF, Prof. Suahasil Nazara. “Freeport yang kami tahu punya saham 91 persen, ternyata mengaku hanya menguasai 51 persen saja. Jadi kalau Indonesia mengambil 42 persen, mereka akan tinggal 10 persen,” ujarnya kepada saya.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3859074/kisah-di-balik-divestasi-terumit-di-dunia-dan-peran-3-srikandi-indonesia

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kisah di Balik Divestasi Terumit di Dunia dan Peran 3 Srikandi Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.