Direktur Keuangan Pahala N Mansury mengatakan, ada sejumlah faktor yang berkontribusi pada laba Pertamina. Pertama, kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau biasa disebut Indonesia Crude Price (ICP).
"Apa yang menyebabkan laba yang dibukukan dari sisi kuartal II ke kuartal terakhir mengalami peningkatan, dari sisi kita satu hal dari peningkatan harga ICP peaknya triwulan III," ujar Pahala di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Jakarta, Jumat (31/5/2019).
"Kurs mengalami puncaknya pada awal triwulan ke IV September sampai pertengahan," ujarnya.
Selain dua faktor itu, Pahala menyebut, laba ini dipengaruhi oleh kompensasi dari pemerintah karena Pertamina menjual bahan bakar penugasan dan subsidi di bawah harga pokoknya. Walaupun, Pertamina belum menyebut besaran kompensasi tersebut.
"Kemudian yang terakhir kita membukukan pendapatan penggantian jual eceran terhadap harga dasarnya. Itu salah satu kontributor yang memberikan Pertamina laba sebesar Rp 35,9 triliun," tutur Pahala.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno pernah menyampaikan laba Pertamina pada semester I-2018 kurang dari Rp 5 triliun. Harry mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi laba Pertamina tak mencapai Rp 5 triliun.
"Di semester I nggak sampai Rp 5 triliun. Jadi jauh lah (dari target). Nanti prognosanya ke depan, ini kan berubah terus, ICP-nya berubah, kursnya berubah," kata dia ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (6/9/2018).
(hns/hns)
https://finance.detik.com/energi/d-4572085/laba-pertamina-naik-rp-30-triliun-dalam-6-bulan-kok-bisa
2019-05-31 07:35:00Z
52781639223249
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Laba Pertamina Naik Rp 30 Triliun dalam 6 Bulan, Kok Bisa? - detikFinance"
Post a Comment