Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi II, Senin (30/3/2020) ini ditutup terkoreksi 2,88% di level 4.414,50, penurunannya berkurang dari sesi I yakni minus 4,12% karena masih adanya kekhawatiran investor terhadap guncangan ekonomi akibat wabah virus corona (COVID-19).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada penutupan sesi II, nilai transaksi tercatat Rp 5,50 triliun dengan jual bersih (net sell) asing sebesar Rp 63,02 miliar di semua pasar.
Sepanjang tahun ini atau year to date, IHSG sudah merosot hingga 30% yang membuat harga saham emiten-emiten unggulan terkoreksi cukup dalam. Itu sebabnya, beberapa saham kini mulai mengalami level harga yang cukup murah dilihat dari rasio PER atau price to earning ratio.
PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih per saham yang biasa dipakai menilai valuasi saham, murah atau mahal. Memang sebetulnya tak ada angka baku untuk PER, tapi biasanya semakin rendah level PER, makin murah valuasi harga saham emiten tersebut atau undervalued.
Sementara di perbankan, bank-bank papan atas terutama bank umum kelompok usaha (BUKU) IV (dengan modal inti di atas Rp 30 triliun), juga mengalami koreksi harga cukup signifikan sejak awal tahun.
Pelemahan IHSG membuat saham-saham bank papan atas ini melorot dan mencatatkan level price to book value (PBV) rendah. PBV biasanya dipakai untuk menilai valuasi harga saham emiten perbankan, kendati ada pula yang masih menggunakan rasio PER. PBV dianggap lebih pas lantaran PBV memasukkan ekuitas sebagai perhitungan untuk mencari book value atau nilai buku.
PBV adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, punya valuasi tinggi (overvalue) sedangkan saham dengan PBV di bawah 1 kali, punya valuasi rendah alias undervalue.
Khusus bank-bank BUKU IV, Tim Riset CNBC Indonesia, menyusun level PBV dari paling tinggi ke paling rendah. Setidaknya ada empat bank BUKU IV dengan PBV di bawah 1 kali:
- PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PBV 0,35 kali, harga Rp 600/saham
- PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), PBV 0,42 kali, harga Rp 720/saham
- PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PBV 0,42 kali, harga Rp 1.945/saham
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PBV 0,57 kali, harga Rp 3.720/saham
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PBV 1,05 kali, harga Rp 4.600/saham
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PBV 1,80 kali, harga Rp 3.010/saham
- PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PBV 3,89 kali, harga Rp 27.475/saham
Saat ini, demi menangani dampak dari COVID-19, pemerintah sudah menyiapkan stimulus fiskal dengan merealokasikan anggaran senilai Rp 62,3 triliun untuk sektor kesehatan penanganan wabah, menjaga daya beli masyarakat dengan kartu sembako dan kartu pra kerja, hingga kelonggaran untuk kegiatan ekspor-impor.
Berbagai stimulus moneter juga dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral mulai dari memangkas suku bunga acuan (BI 7-DRRR) sebesar 50 basis poin (bps) ke level 4,5%, sampai menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) untuk rupiah dan valas. GWM merupakan instrumen moneter untuk mengatur peredaran uang.
Mengacu data BEI, pada penutupan perdagangan sore ini, beberapa saham Bank BUKU IV memang menekan indeks di antaranya saham BMRI minus 6,88%, saham BBRI turun 6,81%, dan saham BBNI turun 6,77%. Saham bank lain yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), yang tak masuk BUKU IV, juga terkoreksi 6,74%.
Salah satu sorotan pasar di perbankan ialah arahan Presiden Jokowi soal relaksasi kredit kepada pelaku UMKM berupa penundaan pembayaran cicilan selama satu tahun guna mengantisipasi pelemahan ekonomi akibat dampak Covid-19.
Menanggapi ini, mantan Gubernur BI Agus Martowardojo, mengatakan bahwa arahan Presiden Jokowi yang diwujudkan melalui POJK No 11/POJK.03/2020 untuk relaksasi kredit harus dicermati lebih dalam.
Sebab, relaksasi kredit tersebut hanya diperuntukkan untuk pelaku usaha yang berdampak langsung terhadap daya beli yang menurun akibat penyebaran virus corona dan bukan untuk seluruh debitur.
"Jangan ditangkap debitur bahwa mereka diperkenankan tidak membayar kewajibannya [cicilannya] karena jelas sekali bahwa sumber dana bank adalah dana masyarakat yang berupa giro, tabungan, dan deposito yang harus dibayarkan bunganya ke masyarakat," jelas Agus, Senin (30/3/2020).
Menurut Agus, kebijakan relaksasi berupa penundaan cicilan tersebut akan kembali pada kebijakan masing-masing bank dengan melihat profil risiko debitur, dengan begitu debitur tidak serta merta dapat menangguhkan cicilannya. Namun, kata dia, yang dilihat disini adalah inisiatif baik dari bank dan debitur itu sendiri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMic2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDMzMDE0NTE0NC0xNy0xNDg0OTIvZ3JlYXQtc2FsZS1sYWdpLTQtc2FoYW0tYmFuay1idWt1LWl2LWluaS1tdXJhaC1tZXJpYWjSAQA?oc=5
2020-03-30 08:30:38Z
52782107478600
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Great Sale Lagi! 4 Saham Bank BUKU IV Ini Murah Meriah - CNBC Indonesia"
Post a Comment