Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (27/1/21) melemah 0,79%. Meskipun terkoreksi parah, sejatinya IHSG berhasil memangkas koreksi karena pagi tadi sempat anjlok ke bawah level 6.000 atau terkoreksi hingga 2,30%.
Koreksi pada perdagangan hari ini sendiri melanjutkan tren koreksi IHSG selama 5 hari berturut-turut dimana IHSG sudah anjlok dari level 6.429,75 atau koreksi sebesar 5,25%.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 36 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 12,8 triliun. Tercatat 97 saham apresiasi, 379 terkoreksi, 141 stagnan.
Anjloknya IHSG sendiri membuat para pelaku pasar bertanya-tanya apakah koreksi akan terus berlanjut, level-level apa yang perlu diperhatikan. Berikut analisanya.
Analisis Teknikal
Foto: Tri Putra/CNBC Indonesia
Teknikal IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode harian (daily) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah BB.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.398. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.990 yang merupakan rata-rata pergerakan harian 50 hari terakhir (MA50).
Catatan pada perdagangan sesi pertama IHSG berhasil memantul dari support ini, akan tetapi apabila support ini berhasil ditembus maka IHSG berpotensi untuk lanjut anjlok ke level 5.892 yang merupakan support fibonacci retracements 23,6%.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 44, yang meskipun belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli ataupun jenuh jual, gerak indikator RSI terkonsolidasi turun setelah mendekati zona jenuh beli sehingga biasanya menandakan pergerakan IHSG selanjutnya akan cenderung terapresiasi.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan indikator MACD di wilayah negatif, yang menunjukkan IHSG berpotensi melanjutkan koreksi.
Secara teknikal, IHSG yang melemah 3 hari beruntun membentuk pola 3 gagak hitam (three black crow). Pola tersebut merupakan sinyal pembalikan arah, dari sebelumnya dalam tren menanjak berubah menjadi turun.
Pola three black crow terdiri dari 3 candle stick yang menurun, dengan posisi penutupan candle terakhir selalu lebih rendah dari candle sebelumnya.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas bawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terdepresiasi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikator Tiga Gagak Hitam, RSI yang terkonsolidasi turun, dan MACD yang berada di zona negatif.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDEyNzEzMDIxOC0xNy0yMTkwOTcvaWhzZy1iaXNhLWFtYnJ1ay1sYWdpLXBlcmhhdGlrYW4tbGV2ZWwtc3VwcG9ydC1pbmnSAQA?oc=5
2021-01-27 06:24:58Z
52782590199628
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Analisis Teknikal IHSG Bisa Ambruk Lagi? Perhatikan Level Support Ini Market - CNBC Indonesia"
Post a Comment