Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Kamis (28/1/21) ditutup anjlok parah 2,12% ke level 5.979,38.
Koreksi IHSG pada perdagangan hari ini melanjutkan tren koreksi selama 6 hari beruntun yang menyebabkan IHSG anjlok 7.06%.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 26 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 16,24 triliun. Padahal di awal-awal sesi II, asing masih mencatatkan net sell alias jual bersih.
Asing melakukan beli bersih (net buy) di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 124 miliar dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) Rp 85 miliar.
Tercatat asing juga melakukan jual bersih (net sell) di saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 49 miliar dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) senilai Rp 33 miliar.
Ambruknya bursa Wall Street AS menjadi pemicu koreksi IHSG. Terpantau indeks acuan Paman Sam terkoreksi lebih dari 2% pada penutupan perdagangan dini hari tadi.
Koreksi Wall Street di zona merah dengan koreksi yang cukup parah tentu saja bisa menjadi sentimen negatif tersendiri bagi Bursa Asia.
Depresiasi bursa Paman Sam bisa menyebrang benua dan menjadi penyebar ketakutan di pasar dimana bisa saja menyebabkan indeks acuan kalah sebelum bertanding.
Di AS sendiri, sesuai dengan ekspektasi pasar di mana bank sentral The Fed ternyata tidak akan meningkatkan suku bunga dan tetap akan melakukan pembelian obligasi dalam jumlah besar untuk menginjeksi likuiditas ke pasar, sehingga ketakutan pasar akan adanya taper tantrum tidak berdasar karena posisi yang dilakukan The Fed masih posisi kebijakan moneter longgar.
Komite pasar terbuka The Fed menjaga suku bunga tetap berada di level 0% hingga 0,25% dan menjaga pembelian obligasi berada di posisi US$ 120 miliar per bulan.
Bank Sentral AS tersebut memberi signal bahwa jalur ekonomi AS akan bergantung terhadap kasus corona, salah satunya bagaimana progres dari vaksinasi, di mana The Fed mengatakan krisis kesehatan publik ini mengganggu aktivitas ekonomi.
Gubernur The Fed mengatakan bahwa bank sentral AS ini akan mengambil langkah wait and see terhadap potensi terjadinya inflasi setelah pandemi corona meskipun menurutnya hal ini masih akan lama.
"Ekonomi masih akan berada jauh di bawah target tingkat pengangguran dan inflasi dan masih akan lama sampai progress yang substansial akan tercapai" ujar Jerome "Jay" Powell.
Powell juga mengatakan saham-saham yang melesat dalam beberapa periode terakhir bukan diakibatkan oleh kebijakan moneter yang dilakukan akan tetapi lebih terhadap kebijakan fiskal dan ekspektasi terhadap vaksin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDEyODE1MTAxNy0xNy0yMTk0NTAvdHVtYmFuZy02LWhhcmktYmVydW50dW4taWhzZy1hbWJydWstMi1kaS1iYXdhaC02MDAw0gEA?oc=5
2021-01-28 08:26:19Z
52782590199628
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tumbang 6 Hari Beruntun! IHSG Ambruk 2% di Bawah 6.000 - CNBC Indonesia"
Post a Comment