Search

Terbang Gegara SWF, Saham Konstruksi Masih Layak Serok? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia- Emiten sektor konstruksi yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) akhirnya kembali menghijau kuat pada perdagangan Rabu kemarin (27/1/21).

Terbangnya saham-saham konstruksi terjadi di tengah depresiasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi indeks acuan pasar modal Tanah Air yang terkoreksi 0,50%.

Sejatinya, sebelum melesat kencang pada perdagangan sesi kedua kemarin, saham-saham konstruksi Pelat Merah sempat dibuka terkoreksi parah bahkan menyentuh level terendah yang diijinkan oleh regulator alias ARB (auto reject bawah, maksimal penurunan sehari 7%).


Koreksi saham konstruksi pada perdagangan pagi ini melanjutkan koreksi di 3 hari perdagangan sebelumnya di mana hampir seluruh saham konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) anjlok ke level ARB.

Saham emiten konstruksi melesat setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi melantik struktur keanggotaan Dewan Pengawas Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Soverign Wealth Fund (SWF) di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

SWF adalah mandat dari UU Cipta Kerja. Dengan adanya SWF yang diberi nama Indonesia Investment Authority (INA), RI akan punya kendaraan investasi yang besar. Tak hanya itu, ambisi untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur pun akan menjadi lebih mulus.

Pemerintah diperkirakan akan menyuntikkan modal awal Rp 75 triliun dengan dana Rp 30 triliun berasal dari kas, aset negara, saham BUMN, dan piutang negara. Pada tahap pertama, SWF diharapkan bisa menghimpun dana hingga Rp225 triliun.

Sejauh ini UEA, IDFC (International Development Finance Corporation) dan Softbank telah berkomitmen untuk memberikan US$ 52 miliar.

SWF diprediksi akan menguntungkan saham konstruksi karena akan menjadi sumber pembiayaan baru bagi emiten kontraktor BUMN (WSKT, WIKA, PTPP) yang saat ini memiliki utang (leverage) yang tinggi.

Di sisi lain kontrak baru berpotensi meningkat seiring dengan keberlanjutan pembangunan infrastruktur. Outlook untuk sektor konstruksi di tahun ini dinilai positif. Apalagi pemerintah kembali meningkatkan anggaran untuk infrastruktur hingga lebih dari Rp 400 triliun dari APBN.

Melesatnya harga saham-saham konstruksi BUMN tentu membuat para pelaku pasar bertanya-tanya apakah saham-saham di sektor ini masih tergolong murah dan layak dikoleksi?

Simak tabel berikut

Sebetulnya saham-saham konstruksi BUMN masih tergolong murah karena seluruhnya memiliki valuasi harga dibandingkan dengan nilai buku (PBV, price to book value) di bawah rata-rata saham konstruksi yang memiliki PBV di angka 2,2 kali,

Meskipun demikian ada saham konstruksi yang lebih murah dibandingkan dengan saham konstruksi lain.

Gelar saham konstruksi BUMN termurah secara PBV sendiri jatuh kepada PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang memiliki PBV sebesar 1,00 kali.

Angka ini juga sejatinya masih tergolong sangat murah apabila dibandingkan dengan rata-rata industri ataupun BUMN karya lain seperti PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang memiliki PBV sebesar 1,66 kali

Sementara itu secara kasat mata, metode valuasi harga dibandingkan dengan laba bersihnya (PER, price to earnings ratio), saham konstruksi terlihat mahal karena PER sangat tinggi.

Akan tetapi sebetulnya saat ini metode valuasi PER tidak relevan digunakan untuk saham konstruksi karena pada tahun ini pandemi corona menghantam sektor konstruksi dengan sangat parah.

Hal ini menyebabkan pendapatan saham-saham BUMN konstruksi anjlok tajam dan tidak merepresentasikan valuasi perusahaan apalagi di tahun 2021 diprediksikan proyek infrastruktur akan lancar kembali, lihat saja rata-rata saham konstruksi pada tahun ini masih membukukan PER yang minus alias rata-rata masih merugi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(trp/trp)

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMic2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDEyODA2NTA0My0xNy0yMTkyNzEvdGVyYmFuZy1nZWdhcmEtc3dmLXNhaGFtLWtvbnN0cnVrc2ktbWFzaWgtbGF5YWstc2Vyb2vSAQA?oc=5

2021-01-28 01:52:39Z
52782590199628

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Terbang Gegara SWF, Saham Konstruksi Masih Layak Serok? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.