Search

Wawancara Khusus Direktur Utama AP II: Tak Ingin Hanya Sekedar Jago Kandang

Liputan6.com, Jakarta PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan di wilayah Indonesia Barat. Selain Bandara Internasional Soekarno Hatta, bandara kelolaan AP II antara lain Bandara Halim Perdanakusuma, Bandara Kualanamu, Bandara Supadio dan lainnya.

AP II kembali mencatat kinerja positif dengan membukukan peningkatan pendapatan (unaudited) mencapai lebih dari Rp 8,24 triliun pada 2017. Pencapaian tersebut meningkat cukup signifikan sekitar 24 persen dibandingkan dengan 2016 yaitu sebesar Rp 6,65 triliun.

Kinerja positif pun diharapkan terjadi pada tahun ini. Berbagai langkah dilakukan AP II untuk berkembang dan menjadi perusahaan berkelas. Tidak hanya di dalam negeri juga dunia internasional. Mulai dari memperluas beberapa bandara hingga upaya mengelola bandara di luar negeri.

Ingin tahu detail strategi AP II dalam menggelola pasar udara di Indonesia dan luar negeri, berikut kutipan wawancara Liputan6.com dengan Presiden Direktur PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin:

1. Bagaimana kesiapan Angkasa Pura II jelang libur Natal dan Tahun Baru?

Pada 20 Desember sampai 6 Januari 2019 itu periode Posko Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kita akan mengawal sekaligus melakukan pengendalian monitoring terhadap angkutan udara untuk periode Natal dan Tahun Baru. Sebab selain liburan ada juga masyarakat yang melakukan perjalanan umroh.

Jadi memang tinggi sekali trafik di akhir tahun dan kita perkirakan untuk angkutan Natal puncak di H-3, pada 22 Desember 2018, Sabtu dan Minggu ini. Kemudian agak sedikit longgar karena akan ketemu lagi nanti di arus balik, itu di H+1 tanggal 2 Januari 2019.

Tapi jangan lupa, diantara Natal dan Tahun Baru itu juga kan banyak orang yang liburan. Jadi kita perkirakan tahun ini tidak akan berbeda jauh, periode Natal dan Tahun Baru sebelumnya. Kurang lebih peningkatan pergerakan penumpang 9 persen-10 persen.

Kita perkirakan di periode 20 Desember-6 Januari hampir sekitar 6,6 juta-6,7 juta di seluruh bandara Angkasa Pura II. Sebagian besar di daerah barat, tetapi juga sudah ada di Banyuwangi dan per kemarin, Bandara Palangkaraya juga sudah masuk ke Angkasa Pura II. Jadi ada 16 bandara.

2. Kalau di total seberapa besar trafik penumpang di 2018?

Di total Januari-31 Desember itu, prediksi kita seluruh bandara kita akan menembus 117 juta-118 juta. Jadi sudah mendekati 120 juta. Dan sudah sangat berbeda mengelola bandara yang sebelumnya di bawah 100 juta, sekarang di atas 100 juta lebih.

3. Perbedaannya seperti apa?

Contohnya Bandara Soekarno-Hatta. Pada tahun lalu 63 juta dari Januari-Desember 2017. Kita perkirakan 2018 ini, full year akan tumbuh sekitar 8 persen-9 persen. Jadi kurang lebih sekitar 66 juta-67 juta penumpang, Soekarno-Hatta saja.

4. Jadi Bandara Soetta jadi yang paling sibuk?

Bandara ini tersibuk ke-10 di dunia, di kawasan Asia Pasific nomor 2.

5. Target trafik di 2019?

Perkiraan kami, Indonesia ini kan selalu two times bigger compare to industry. Jadi industri di global pergerakan penumpang 5 persen-5,5 persen tiap tahun.

Di Indonesia hampir rata-rata di Angkasa Pura II 10 persen-11 persen. Jadi kurang lebih mungkin di tahun depan tidak akan kurang di angka 125 juta untuk total bandara-bandara di Angkasa Pura II. Jadi memang sudah sangat besar.

6. Kenaikan penumpang diiringi kenaikan Airport tax?

Kita menyebutnya bukan tax tapi passenger service charge (PSC). Esensi dari PSC adalah pembiayaan yang kita memang bebankan kepada penumpang akibat dari penumpang mendapatkan pelayanan di bandara.

Jadi itu terukur dari service level sebuah bandara. Semakin service levelnya baik, wajar kalau kemudian di-charge lebih. Masing-masing bandara kan berbeda. Terminal 1 dan Terminal 2 saja berbeda dengan Terminal 3 juga berbeda.

Itu yang kemudian dirasakan langsung oleh penumpang kalau dia di suatu terminal atau bandara. Jadi esensi dari pembebanan itu adalah hitungan dari total biaya yang sudah kita alokasikan.

Kita siapkan untuk melayani penumpang dan dihitung kembali structure cost itu berapa yang harus penumpang mengkontribusi biaya pelayanan itu.

Jadi singkatnya itu adalah berkorelasi dengan capex atau alokasi investasi kita dan kemudian dihitung dengan besaran yang kita buat untuk meningkatkan service level.

7. Seberapa besar kenaikan PSC itu?

Ukuran sederhananya faktor inflasi. Kemudian berapa besar investasi dalam beberapa tahun berjalan yang sudah kita spend untuk meningkatkan layanan tadi.

Contoh, Soekarno-Hatta 2 tahun lalu, belum ada skytrain,‎ kereta bandara. Sekarang dari Dukuh Atas sudah bisa ke bandara.

(Skytrain) Ini tahun depan kita perpanjangan untuk lintasannya. Sekarang kan baru 3 km, Terminal 3, Terminal 2, stasiun kereta bandara, Terminal 1.

Tahun depan kita akan perpanjang lintasan skytrain-nya sampai di depan rencana Terminal 4. Walaupun Terminal 4 belum ada. Nanti pada saat selesai itu sangat bermanfaat buat masyarakat pengguna atau pekerja di kargo terminal area di situ. Mereka bisa bergerak di dalam kawasan terminal dan menggunakan skytrain.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3857349/wawancara-khusus-direktur-utama-ap-ii-tak-ingin-hanya-sekedar-jago-kandang

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Wawancara Khusus Direktur Utama AP II: Tak Ingin Hanya Sekedar Jago Kandang"

Post a Comment

Powered by Blogger.