Kenaikan suku bunga acuan BI akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Angganata memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada 2018 di kisaran 5,1 persen-5,2 persen.
"Untuk pertumbuhan saya pikir seharusnya akan ada revise down. Kita juga perlu ingat bahwa ada sesuatu yang terjadi di luar harapan yaitu perang dagang. Saya rasa dengan efektifnya perang dagang seharusnya asumsi bisa berubah,” kata Angganata.
Angganata menambahkan, perlu ada stimulus dari pemerintah untuk imbangi kebiajakan kenaikan suku bunga acuan. Stimulus yang dibutuhkan kurang lebih yang dilakukan pemerintah pada 2015.
"Relaksasi di beberapa sektor. Saat ini yang sudah keluar antara lain sektor properti dan pajak untuk UMKM turun 0,5 persen. Lalu pemerintah lebih menggalakkan cash transfer untuk boost spending. Kami bisa lihat realisasi dari bantuan sosial sudah mencapai 23 persen pada kuartal I dan hasilnya beberapa data penjualan seperti motor, mobil dan ritel menunjukkan ada perbaikan,” kata dia.
Budi menuturkan, diperlukan kebijakan untuk mendorong dan perluas pasar ekspor. Ini juga mengingat ada potensi perang dagang. Indonesia pun juga harus mempersiapkan dampak dari perang dagang tersebut.
"Ada perang dagang bisa berkurang ekspor. Gara-gara tarif impor membuat ekspor China akan berbelok ke Indonesia. Ini kita harus siap,” ujar Budi.
Selain itu, Budi menilai langkah BI menaikkan suku bunga acuan juga menstabilkan pasar surat utang atau obligasi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menanti Stimulus Usai BI Menaikkan Suku Bunga Acuan"
Post a Comment