Search

RI Incar Tunisia Jadi Pintu Masuk ke Pasar Eropa dan Afrika

Sebelumnya, kampanye hitam dan larangan penggunaan biofuel berbasis minyak sawitmentah atau crude palm oil (CPO) pada 2030 oleh Uni Eropa memberi dampak pada ekspor Indonesia terhadap komoditas tersebut.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengatakan, ekspor CPO dan produk turunannya anjlok sepanjang Januari-Mei 2018. Secara total, pada periode tersebut, ekspor CPO Indonesia turun hingga USD 1,25 miliar jika dibandingkan Januari-Mei 2017.

"Total ekspor cpo dan turunan Januari ke Mei 2017 sebesar USD 7,9 miliar. Tetapi 2018, ekspornya hanya USD 6,65 miliar," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Senin 25 Juni 2018.

Kecuk mencontohkan, penurunan ekspor CPO ke Spanyol dari sebelumnya sebesar USD 849 juta pada Januari-Mei 2017 menjadi hanya USD 313 juta pada periode yang sama tahun ini.

"Spanyol sebesar USD 849 juta menjadi USD 313 juta. Kemudian Belanda, Italia turun. Jadi mulai pengaruh," kata dia.

Selain ke Uni Eropa, penurunan ekspor CPO Indonesia pada periode tersebut juga terjadi ke India. Bahkan secara nilai penurunannya cukup besar.

"Kalau dilihat penurunan yang cukup curam selama Januari-Mei 2018 (yoy) ekspor CPO dan turunan ke India dari USD 2,1 miliar menjadi USD 1,2 miliar," tandas Kecuk.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Industri kelapa sawit, merupakan komiditi yang menjanjikan di Indonesia.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3574673/ri-incar-tunisia-jadi-pintu-masuk-ke-pasar-eropa-dan-afrika

Bagikan Berita Ini

0 Response to "RI Incar Tunisia Jadi Pintu Masuk ke Pasar Eropa dan Afrika"

Post a Comment

Powered by Blogger.